Aku merindukan mu nak, aku sangat merindukanmu.
Akhirnya waktu ini tiba, bahwa kamu harus berpisah denganku lagi.
Sembilan bulan kita terus bersama, kau dalam kandungan ku kemudian kamu harus hidup dengan tubuh mungilmu sendiri.
kini sudah 2 tahun2 bulan 22 hari umurmu, masih ada yang tersisa diantara kita, yaitu ketika kamu, wajahmu itu, tak satupun yang bisa kuberikan selama ini yang bisa menandingi apa yang kusaksikan dari pancaran matamu, suatu kesenangan, kegembiraan yang tiada taranya. Ketika kamu ingin menyusu dan tubuhku ini, payudaraku ini, ada untukmu. ada makan di tubuhku untuk mengenyangkannmu, ada cairan yang memuaskanmu.
Ku tau lebih dari itu, kamu tau bahwa aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku mengharapkanmu.
aku masih ingin terus menikmati wajahmu dan menjadi berarti karna aku bisa membahagiakanmu.
Anaku, mama selalu bahagia memandang wajahmu ketika kamu menyusu. Melihatmu, membangkitkan rasa puas yang dalam dan tak terbandingkan.
Tidak pernah ada rasa menyesal telah melakukannya, membagikan tubuhku, waktuku, tenagaku dan hatiku padamu. Aku menikmati setiap waktu itu.
Anaku sayang, bukankah kita berbicara satu sama lain lewatnya? kamu mengerti aku dan aku mengerti kamu? Waktu belum ada yang bisa berbicara denganmu dan mengenalmu, kau telah mulai mengijinkanku mengenalmu. Setiap kali mulutmu menyentuh tubuhku kau membuatku tau, bahagiakah kamu, sedihkah, sehatkah, sakitkah, takutkah, lelahkah, laparkah, hauskah, rindukah atau hanya sekedar ingin bermanja.
Ktika kamu lebih besar, kamu memberi tahuku bahwa kamu malu, terancam, kecewa, tidak suka, marah, bersemangat, girang, geli, gemas... semua ketika kamu sedang menyusu, walau kamu belum bisa berbicara.
Bagaimana mungkin aku tak merindukan waktu ini?
Waktu hanya kita berdua?
waktu kau dalam dekapanku?
Waktu itu matamu memandangku tanpa ragu, kamu mempercayaiku dan mengagumiku sebulat hatimu.
Bagaimana perasaanmu putri kecilku sayang?
Kulihat kau berusaha menahan tangismu, kamu masih menginginkannya kan? kamu mau mengerti bahwa kita harus berhenti tapi, oh, adakah yang masalah lebih sulit bagi anak seumurnya dibanding dengan berpisah dengan air susu ibu nya?
Melihatmu begitu membuatku menderita. bagaimanakah aku tega menahan sesuatu yang akan membahagiakanmu padahal aku bisa memberinya?
Anaku sayang, mari kubisikan sesuatu,
Engkau tau betapa aku mencintaimu dan betapa hancur hatiku melihatmu begitu.
Tapi anaku, bukan tanpa doa dan pertimbangan keputusan ini kuambil.
Aku telah bersabar dan menanti, tiap waktu kepada Pemberi susu sorgawi itu aku berdoa, supaya ketika waktu ini tiba, kamu dan aku akan sanggup menanggungnya bersama, dan melewatinya bersama, bersama dengan Sang empunya ke arifan dan kebaikan yang adalah Penciptamu.
Supaya ketika waktu ini tiba, Ia meberi keteguhan di hati kita berdua, untuk mensyukuri hari kemarin dan berani menghadapi esok.
Bahwa esok hari engkau yang makin besar dan pintar ini sanggup mengatasi permasalahanmu sendiri. Makan makanan keras dan bukan lagi Air susu murni.
Aku bangga padamu anaku sayang, melihatmu, aku tau kau pasti bisa. Walaupun sulit, tapi itu tak akan lama. Engkau akan senang, dan menikmati petualang baru dalam hidupmu tanpa air susu ibu lagi.
Aku percaya padamu anaku, aku tau engkau bisa. Kita telah bersama-sama dan aku mengenalmu. aku yakin tanpa ragu, walau sekarang masih sedih dan rindu tapi segera kau akan bisa.
Aku mencintaimu anaku, dan ingin terus mendekapmu, tapi kau harus menjadi besar dan bertumbuh seperti maksud Penciptamu.
karna kau didatangkanNya kedunia ini bukan untuk memuaskanku tapi untuk melaksanakan kehendakNya, Penciptamu yang maha baik itu.
Anaku sayang, kita akan memulai sesuatu yang baru. Belajar menunjukan cinta dengan cara lain yang lebih dewasa.
Aku sangat mencintaimu. karna itu aku mengijinkanmu tumbuh.
