Jumat, 14 Desember 2018

Kegembiraan yang Sederhana



Aku tidak malu memperkenalkan diri sebagai keluarga sederhana, yang tidak serta merta mendapatkan apa yang diinginkan. 
Seperti kali ini, setelah cukup lama menginginkan, merencanakan dan menunggu, akhirnya kami bersama punya waktu, cukup uang dan kesehatan untuk keluar rumah berlibur menikmati alam di pinggir pantai. 

Pagi pagi sekali kami sekeluarga, dengan pakaian tidur dan bekal cukup untuk sarapan langsung semangat berkendara ke sana sebelum jalanan penuh dengan kendaraan lain dan embun belum menguap dari permukaan daun daunan. 

Aaahh, hari yang kami tunggu, doa kami naikan supaya usaha untuk berbahagia ini di karuniakanNya bagi kami. 
Di perjalanan anak anak melanjutkan tidurnya sementara aku dan suami punya kesempatan ngobrol ini dan itu. 
Aku bangga padanya karna dia mengasihi kami. 
Dan dengan segenap daya upayanya ia ingin kami gembira.

"Semua bangun.... kita sampai!"



Seperti yang kita harapkan, pagi itu, dipantai sangat lengang. 

Belum ada pengunjung hanya para nelayang dan perahu perahu mereka.




Sedikit hati mengeluh, "kalau boleh Tuhan, biarlah cuacanya agak mendung dikit," karena walau baru jam 7 an matahari terasa menyengat. 
Langit biru bersih dan ombak laut menjauh lebih kesana rupanya air lagi surut, pantainya putih karna banyak pecahan kerang diatasnya.



 

Aku langsung tau apa yang akan ku lakukan di menit menit kedepan selama disini. Kerang disana dan disini, bulat bulat menggemaskan. Bingkai foto yang berhiaskan pecahan kerang, kerai yang terbuat dari kerang dan kerincingan yang terbuat dari kerang membayang di kepalakau, oh aku mau buat itu dengan si tengah, Eis. Dia sangat bisa diandalkan dalam hal ini. Pikiranku melayang liar melihat rakus kearah berbagai jenis kerang cantik yang bertebaran di pinggir pantai belum ada yang memungutnya.
Sambil menyanyi aku mengumpulkannya.



Kei berjalan menyisir pantai, Eis langsung menyentuh air tenang yang terperangkap diantara karang karang laut, dan Ois bergandengan tangan dengan papanya mencari tempat yang paling nyaman di selera mereka.






 Sampe akhirnya mereka bersama menemukan tempat yang pas. Disitu banyak ikan ikan kecil yang ingin mereka tangkap. 
Disitu kepala gengnya suamiku, tidak perduli lagi dia, bahwa dia terlihat tak berpengalaman, menjinjit, membungkuk, jongkok dan kesana kemari berusaha menangkap ikan tanpa alat. 
Dia bermain sekuat tenaga dengan tiga orang anak perempuan temannya. Tertawa, berteriak, jengkel, konsentrasi sampai setelah berjam lewat dia menjerit puas memamerkan prestasianya. 
Dia menemukan cara memerangkap ikan itu. 
Mereka dapat 6 ekor ikan, tepuk tangan untuk ayah yang hebat.
Tiga orang anak perempuannya bangga sekali dan senang dengan bantuannya.



 
Aku juga.
Melihat wajahnya yang gembira walau harus menjaga 3 orang anak sekaligus, mengijinkan istrinya agak menjauh bermain sendiri dengan kerang, dia membuat kami semua senang. Aku merasa kaya memilikinya.







Ombak besar datang menyapu bendungan ikan, mereka tau mereka sudah selesai dengan itu, pasang mulai naik kami semua sudah puas, penuh dengan syukur dan pujian di dalam hati. pujian terhadap Tuhan karena sanggup memuaskan hati ini dengan caraNya, melalui ciptaanNya yang luar biasa.

Tapi kami masih mau makan. 1 nasi rames rp 20000 setelah nawar. kami hanya beli 2 untuk di bagi ber-5, tidak usah berlebihan, kurang sedikit malah terasa enak daripada kekenyangan. serius ini bukan karna mau pelit, emang supaya lebih hemat. 



Eis melihat ada topi cantik dipajang, dia bertanya kalau kita boleh beli satu untuk dia, tapi penolakanku membuat dia merengek, "Eis, lupakan topi ini dan ingat kesenangan kita di pantai, bukankah kita sudah gembira? Nikmati saja itu dulu yah, kita tidak ada rencana untuk membeli apa apa di sini selain makan, jadi itu yang harus kita syukuri." Dia diam, aku tau dia mengerti, melihat wajahnya yang berusaha patuh pun menambah penghiburan dan syukur di hati ini. Orang orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku sungguh istimewa. Aku melirik ke arah para nelayan yang tengah mengeluarkan ikan hasil tangkapannya segar dan baru.





Aku sendiri tengah mengejar hatiku untuk menolak godaan, aku sudah cukup.

Dan kami kembali pulang.

Dari kejauhan kulihat pengunjung pantai mulai berdatangan.





Btw, kami menghabiskan Rp 160.000,- untuk  kesenangan ini.
Perinciannya begini Bensin u mobil Atoz pulang pergi, dari Kalasan Yogyakarta ke Pantai Drini https://goo.gl/maps/jhrW7hsrMN42 masi sisa   Rp. 100.000
Makan nasi rames 2 porsi u 5 org                                           Rp. 40.000
Minum 2 gelas (teh dan es jeruk)                                           Rp. 10.000
Kamar mandi untuk bilas 3 anak, nawar                                  Rp.10.000
Parkir belum ada karena masih pagi.
Kami sebenarnya bawa air minum dan susu serta roti sendiri. Beli es Teh dan es Jeruk  diatas adalah spontanitas yang tidak perlu.
Kami tidak melakukan ini terlalu sering, dengan begitu kami bisa mengingat saat saat membahagiakan ini lebih lama. 😉😊


Apa ini konyol menurut anda? Atau lucu? Silahkan komen dibawah ya, aku ingin juga dengar pengalaman kalian. Trimakasih
















Minggu, 18 November 2018

Istri yang cakap, Amsal 31:10


"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata." Amsal 31:10

Dari https://www.bible.com/id/bible/306/PRO.31.TB

Pernahkah anda memegang sebuah permata di tanganmu?
Atau sekedar melihatnya dari dekat dengan matamu?
Sebuah permata yang asli?
Seumur hidup aku belum pernah. Aku sering mendengar betapa berharganya itu. Begitu mahalnya, sehingga wajar bahwa tidak setiap orang mendapatkannya, bahkan untuk sekedar melihat atau menjamahnya.
Batu permata ini bukan baru tren di jaman sekarang. Tapi telah di impikan sejak dulu dan belahan dunia manapun, dan nampaknya akan tetap begitu di masa depan.
Mengetahui kenyataan itu, bukankah mengejutkan jika Istri yang baik dinyatakan langka dan mahal? Diakui dan dicari di setiap masa di setiap tempat karena keindahannya yang luar biasa?
Padahal lihatlah, dimana mana kita menemukan pasangan suami istri. Tapi ternyata tidak semua laki-laki itu cukup beruntung dengan menemukan wanita baik dan menikahinya, menjadi isrti yang lebih berharga dari pada permata tersebut.
Bagaimanakah kriteria istri yang cakap itu?
Apakah ada persyaratan bagi laki laki untuk mendapatkan wanita macam permata bahkan lebih itu?
Aku sendiri tidak menganggap bahwa diriku telah sama apalagi lebih berharga dari permata. Biarlah suamiku dan Tuhan yang menilai (yang padahal jika ada andil dalam pihakku, aku ingin menjadi dan berusaha untuk demikian) tapi dengan apa yang ku baca dalam Alkitab, waktu demi waktu dan terkumpul didalam akal  dan hatiku, melalui perenungan dan ketaatan untuk melakukannya, kegagalanku dan pengampunan Allah serta keberanian untuk percaya padaNya dan bangkit lagi, aku diberi keyakinan dan damai di hati, bahwa apa yang aku jalani sekarang tidak menyimpang dan tengah menuju kearah yang tepat.
Karena itu aku berani mengajakmu berjalan bersamaku, belajar bersama menjadi wanita yang berharga di mata Allah, suami anak anak dan komunitas yang lebih luas.
Atas anugrah dan penyertaan Tuhan yang memandang kita dengan kasih sayangNya.
kita mendapat jaminan, bahwa kita mungkin menjadi wanita yang di impikan Hati Tuhan.