Minggu, 27 Januari 2019

Siomay Bandung


Siomay Bandung




Aku suka memasak apa yang aku ingin makan. Makanan yang pernah aku rasa, dan meninggalkan bekas yang lama di ingatanku. Enaknya, baunya, teksturnya, tampaknya dan harganya.
Siomay Bandung ini salah satu dari antaranya. Sulit untuk di lupakan, selalu diinginkan. 
Tapi sering juga penjual siomay menjual dengan harga yang tidak sesuai dengan rasanya. Misalnya harga satu potong siomay berukuran setengah bola pimpong, dengan harga 3000/potong, rasanya kebanyakan tepung kanji liat yang direbus pake micin dan garam, ini kan gak adil. Dan sering banget begitu. Atau juga saos kacangnya, terlalu encer sampe sampe bingung membedakannya dengan kuah sup (berlebihan ya hehe). 
Ya itulah sebabnya aku memaksa diri memasaknya di rumah. tapi keinginan ini ada halangannya, yaitu
  1.  Aku belum pernah memasak siomay
  2.  Aku tidak punya resep siomay
  3.  Tidak ada dari keluarga generasi diatasku yang pernah memasak siomay (sepengetahuanku)
  4.  Akhirnya aku mencari buku resep siomay
  5.  Masakanku tidak berhasil menyerupai dalam hal apapun siomay enak yang pernah aku makan.
  6.  Aku jengkel, putus asa dan menyerah.
  7.  Lama setelah itu aku mencoba lagi dan gagal lagi dan memutuskan akan memakan sioamay apa aja yang bisa aku beli dari penjual siomay
  8.  Aku terlalu sering dikecewakan si penjual siomay.
  9.  Aku mencari sebanyak banyak nya resep online dan membandingkannya, melihat benang merahnya membandingkan dengan kegagalanku dulu dan menyimpulkan hal hal penting yang perlu dalam memasak siomay dan mana yang hanya merupakan fariasi.
  10. Aku nekat mencoba lagi.

Dan itulah akhir dari perjuanganku berburu resep siomay yang enak dan sesuai dengan seleraku.
Akhirnya perjuangan itu berbuah manis. Dan aku tidak mau pelit membagikan resepku ini untuk bunda dan adik adik dimana saja, supaya tak perlu mengalami pengalaman tak enakku diatas. Lagian ngapain juga pelit pelit ilmu ya? hidup ini berlalu dengan buru buru. Kalau tidak di share segera, ilmu itu tidak berguana di bawa mati ya kan hehehe.
Ya sudah monggo di lihat resep Siomay nya. Buat mereka yang konsen dengan kebersihan, ini jawaban buat anda. 
Yang konsern tentang harga makanan enak yang tinggi, dengan bikin sediri, ibu sudah dapat murah banget dengan kualitas dan kuantitas memuaskan. 
Bahkan buat ibu ibu yang pengen buka usaha di rumah, silahkan dicoba dulu resep ini, siapa tahu bisa jadi jalan rejeki. Siomay ini rasanya enak, tidak liat dan layak juga di jual 3500-5000/ potong siomay ukuran setengah bola pimpong.

Dan buat anak anakku sayang, mana tau suatu waktu kalian rindu masakan mama di mana mama tak bersama kalian untuk memasakannya. Ini mama catatkan supaya kalian bisa membuatnya sendiri kelak.
Sayang dan rinduku untuk kalian dalam tiap catatanku.




Siomay Bandung


Bahan

500 gr filet daging ikan di haluskan, lebih mudah dengan food processor. Ikan Tenggiri menghasilkan adonan yang putih harganya 2x ikan tongkol). Ikan tongkol, ikan Tuna atau ikan yang lain juga bisa. (saya suda mencoba Tenggiri dan Tongkol. Dua duanya sedap).
250 gr tepung tapioka bisa juga tepung sagu.
280 labu siam atau ukuran kecil di di kupas dan dikukus, kemudian haluskan
6 buah bawang putih di cincang sampai halus
2 buah batang bawang. ukuran kecil ok, sedang ok besar pun tak masalah. Diiris halus
4 buah putih telur
½   sdm gula pasir
2 sdt garam atau sesuai selera
½  sdt penyedap rasa, boleh dilewati jika tidak berkenan.
Siapkan dandang untuk mengukus adonan, yang di alas daun kol supaya tidak lengket (kemudian daun kol ini bisa di makan), atau dialas daun pisang.

Cara membuat

1.       Campur daging ikan, garam, gula, penyedap rasa, telur putih diaduk rata
2.       Tambahkan labu siam halus yang sudah dingin, bawang putih, daun bawang, di campur rata
3.       Tambahkan tepung Tapioka atau tepung sagu, aduk secukupnya



4.       Masukan adonan sebesar 1 sendok teh penuh ke dalam danndang yang sudah cukup panas. Panas yang tiba tiba membuat adonan mengembang sedikit lebih besar dibanding yang tidak dipanaskan lebih dulu.
5.       Meletakan siomay bisa berdekatan atau agak menempel, walaupun agak melekat, ia tetap mudah dilepaskan. Saya mengukusnya hanya 1 layer setiap kali, belum mencoba bagaimana kalau di tumpuk tumpuk.
6.       Di kukus kurang lebih 15-20 menit dengan api sedang.
7.       Ini bisa menghasilkan sekitar 50 potong siomay, atau 10 porsi tapi jika anda hendak menghidangkan bahan tambahan yang lain, maka tiap porsi cukup 4 potong siomay


Bahan bahan tambahan

10 Telur dan 10 Kentang ukuranseperti telur di rebus
10 Tahu putih ukuran sekali makan, 10 helai Kacang panjang di kukus dan di gulung dan diikat, 10 lembar daun Kol yang besar di kukus kemudian digulung.






SAOS KACANG SIOMAY
BAHAN

250 kacang tanah di goreng, di giling halus
750 air
1 sampai 3 sdm gula merah di sisir halus (sesuai selera)
1 sdt gula pasir
1-2 sdm asam jawa yang sudah dubuang kulitnya
3 lembar daun jeruk
½  sdm Ebi (udang kering)




Bumbu bumbu yang digoreng setengah mateng kemudian di haluskan
6 buah bawang putih
3 buah bawang putih
10 cabe merah atau cabe keriting
5 buah cabe rawit merah
1 sdt garam atau secukupnya sesuai selera

1.       Bumbu yang telah di goreng setengah matang, di angkat dan diulek sampai halus, ulek bersama ebi juga,
2.       Di tempat ulek tsb tambahkan kacang yang sudah di giling dan campurkan bersama bumbu dengan ulekan
3.       Panaskan penggorengan, masukan 750 air panaskan
4.       Masukan ke dalam air, ulekan kacang bumbu,
5.       Masukan gula merah, gula pasir, garam, daun jeruk dan asam jawa
6.       Tetap diaduk sampai keadaan berubah dari seperti becek menjadi kental dan makin kental dan berat serta mulai mengeluarkan minyak








7.       Di cek rasanya, apakah suka lebih manis atau lebih asin dan silahkan di tambahkan. Jika sambal saos kacang ini terlampau kental bagi anda silahkan ditambahkan sedikit demi sedikit air panas, aduk terus sampai dia mengeluarkan minyak.







selamat mencoba, mmmmmm nyam nyam.... pasti enak!


terimakasih pak Ipenk untuk resepnya siomaynya
Trimakasih mba Yasmin untuk resep saos kacangnya





Selasa, 15 Januari 2019

Cium dong pa!




Kei,  berada tak jauh dari papanya ketika aku datang mendekat. Dia sedang menyetrika bajunya untuk sekolah besok. Aku dan papanya berpapasan di lorong dalam rumah kami tepat di depan sebuah cermin besar.
“cium dong pa,” sapaku sama si ‘my man’ yang tak punya kandungan romantisme ini dalam darahnya. 
Dia menyodorkan keningnya, “aku nggak mau yang itu, udah kayak nenek sama cucunya aja”,
 dia menyodorkan hidungnya “ah papa, masak kayak ciuman jumpa masyarakat di timur tengah”,  dia geli melihatku.
Aku tau anak kami yang 2 meter di belakang kami hanya terhalang pemandangan oleh lemari menyimak kami orang tuannya. 
Gak masalah.
” Coba lihat bagaimana gayamu di depan cermin pa” aku membelakangi cermin supaya dia bisa memeriksa gayanya disitu, siapa tau bisa jadi romantis seperti yang di pilem pilem. 
Sayang hasilnya nihil. 
Di terkekeh kekeh sambil menyodorkan pipinya mendekati pipiku, 
“aduh! kayak salaman ibu ibu arisan aja sih pa.”
Akhirnya dengan monyong sekali, dia arahkan bibirnya kemukaku dengan mata besar seperti hendak menangkap ayam yang panik lari sana kemari. Gayanya telak mengusir hasrat. 
Dia terbahak melihat hasrat roman itu tebang menjauh dari atas kepalaku.


Kei berdiri di depan kami geleng geleng kepala, ada senyum aneh di wajahnya seakan akan apa yang tengah kami lakukan barusan itu konyol, tapi aku tau dari matanya, dia bahagia melihat kami, memang kami konyol dan agak lucu, tapi juga mesra guys. “huh, pacaran aja!” katanya sambil lewat diantara kami. “ betul betul betul.” Kata kami berdua senang.
 
keluarga tanpa kemesraan sama seperti padang kering berbatu
Beberapa keluarga mungkin malu bermesraan di depan anak anak mereka, “risih ah”, “itu bukan budaya timur”, atau “kita sudah tua”, sering menjadi alasan untuk membiarkan kemesraan itu terkunci di dalam kamar. Memang menyembunyikan itu lebih nyaman buat perasaan dari pada memunculkannya. Tapi demi anak anak kita, ijinkanlah mereka melihatnya dan menikmatinya, demi masa remajanya, dan masa kedewasaannya, ijinkan mereka mencecapnya dari kita.



Melihat ayah dan ibu berpelukan, berciuman saling menggoda dan bercanda mesra satu sama lain, menimbulkan rasa aman di hati mereka, rasa pasti dan percaya. Bahwa tempat mereka berpijak, atap tempat mereka berteduh dan dinding pembatas dari ketidak pastian dunia luar masih kokoh berdiri bagi mereka.

Perasaan yang timbul sungguh lain dibandingkan perasaan yang muncul ketika menyaksikan kedua orangtua saling berteriak menyalahkan satu sama lain dalam amarah yang meledak ledak, ketika melihat salah satu orang tua begitu tegang atau berderai derai air mata karena kesalah pahaman diantara keduanya. 


Perasaan takut, bingung, ragu dan kacau membungkus hati anak anak menarik mereka dalam kengerian panjang tentang, “siapakah dari mereka yang kukasihi, yang akan kupilih jika mereka bercerai?”


Pemandangan mesra yang di sajikan orang tua bagi anak anak mereka menumbuhkan keberanian percaya di dalam hati anak anak akan masa depan mereka, ada harapan, bahwa mungkin merekapun beroleh kemesraan yang sama kelak.



Anak anak kita seperti orang yang makan kenyang dan tak ingin jajan lagi dengan makanan tak sehat yang di jajakan di pinggir jalan. 
Mereka tidak lapar dan haus akan kasih sayang dan mencarinya di tempat yang salah dengan orang yang salah.
Akan lebih mudah bagi mereka untuk menurut, ketika kita menasehatkan mereka untuk tidak menuruti ajakan teman atau iklan dan internet untuk memeriksa tontonan porno.


Suatu waktu 3 tahun lalu ketika Kei berusia 10 tahun, dia bertanya lagi setelah aku selesai menjawab panjang lebar pertanyaannya tentang, bagaimana caranya sperma papa keluar dari badannya dan bisa masuk ke dalam tubuhku dan berjumpa sel telur ketika aku tidur, sehingga aku menjadi hamil. benarkah lewat mulut kami, pertanyaan itu mengganggunya, (aku akan menulis dialog kami ini di lain kesempatan).
Kei; “mama, apa boleh aku melihat bagaimana mama dan papa melakukannya?”

Dan itu lah saat penutup cerita kami, aku menjawab, 
“semua yang Kei perlu tahu sudah mama sampaikan.Tak ada yang bisa menyampaikan seperti ini selain orang tua, karena kami telah mengalami, dan di kasih hikmat oleh Tuhan untuk menyampaikan ke Kei dengan sopan dan benar. Tetapi tentang bagaimana mama dan papa melakukannya, itu adalah rahasia setiap suami istri dan Tuhan, tidak boleh pertontonkan atau di filmkan, itu privat dan kudus. itu adalah suatu pengetahuan yag dalam, yang cuma bisa diketahui oleh orang yang sudah menjadi suami istri. Jadi, Kei, jangan percaya jika ada yang mengatakan “ayo lihat orang berhubungan seks supaya kita jadi lebih tahu”. Kamu sudah tau sebanyak yang perlu kamu tau. Lebih dari itu datangnya dari pada si jahat. Karena sejak Dunia di ciptakan, Sex itu adalah karunia Tuhan untuk orang menikah. Kei harus tunggu menikah dulu untuk tau lebih dari yang mama ceritakan. Bersabar ya nak”.

Ijinkan mereka mencicip sedikit keintiman kita dan mendapatkan haknya, supaya mereka jangan tersesat di kemudian hari.