Aku tidak malu memperkenalkan diri sebagai keluarga sederhana, yang tidak serta merta mendapatkan apa yang diinginkan.
Seperti kali ini, setelah cukup lama menginginkan, merencanakan dan menunggu, akhirnya kami bersama punya waktu, cukup uang dan kesehatan untuk keluar rumah berlibur menikmati alam di pinggir pantai.
Pagi pagi sekali kami sekeluarga, dengan pakaian tidur dan bekal cukup untuk sarapan langsung semangat berkendara ke sana sebelum jalanan penuh dengan kendaraan lain dan embun belum menguap dari permukaan daun daunan.
Aaahh, hari yang kami tunggu, doa kami naikan supaya usaha untuk berbahagia ini di karuniakanNya bagi kami.
Di perjalanan anak anak melanjutkan tidurnya sementara aku dan suami punya kesempatan ngobrol ini dan itu.
Aku bangga padanya karna dia mengasihi kami.
Dan dengan segenap daya upayanya ia ingin kami gembira.
"Semua bangun.... kita sampai!"


Seperti yang kita harapkan, pagi itu, dipantai sangat lengang.
Belum ada pengunjung hanya para nelayang dan perahu perahu mereka.

Sedikit hati mengeluh, "kalau boleh Tuhan, biarlah cuacanya agak mendung dikit," karena walau baru jam 7 an matahari terasa menyengat.
Langit biru bersih dan ombak laut menjauh lebih kesana rupanya air lagi surut, pantainya putih karna banyak pecahan kerang diatasnya.


Aku langsung tau apa yang akan ku lakukan di menit menit kedepan selama disini. Kerang disana dan disini, bulat bulat menggemaskan. Bingkai foto yang berhiaskan pecahan kerang, kerai yang terbuat dari kerang dan kerincingan yang terbuat dari kerang membayang di kepalakau, oh aku mau buat itu dengan si tengah, Eis. Dia sangat bisa diandalkan dalam hal ini. Pikiranku melayang liar melihat rakus kearah berbagai jenis kerang cantik yang bertebaran di pinggir pantai belum ada yang memungutnya.
Sambil menyanyi aku mengumpulkannya.

Kei berjalan menyisir pantai, Eis langsung menyentuh air tenang yang terperangkap diantara karang karang laut, dan Ois bergandengan tangan dengan papanya mencari tempat yang paling nyaman di selera mereka.


Sampe akhirnya mereka bersama menemukan tempat yang pas. Disitu banyak ikan ikan kecil yang ingin mereka tangkap.
Disitu kepala gengnya suamiku, tidak perduli lagi dia, bahwa dia terlihat tak berpengalaman, menjinjit, membungkuk, jongkok dan kesana kemari berusaha menangkap ikan tanpa alat.
Dia bermain sekuat tenaga dengan tiga orang anak perempuan temannya. Tertawa, berteriak, jengkel, konsentrasi sampai setelah berjam lewat dia menjerit puas memamerkan prestasianya.
Dia menemukan cara memerangkap ikan itu.
Mereka dapat 6 ekor ikan, tepuk tangan untuk ayah yang hebat.
Tiga orang anak perempuannya bangga sekali dan senang dengan bantuannya.

Aku juga.
Melihat wajahnya yang gembira walau harus menjaga 3 orang anak sekaligus, mengijinkan istrinya agak menjauh bermain sendiri dengan kerang, dia membuat kami semua senang. Aku merasa kaya memilikinya.

Ombak besar datang menyapu bendungan ikan, mereka tau mereka sudah selesai dengan itu, pasang mulai naik kami semua sudah puas, penuh dengan syukur dan pujian di dalam hati. pujian terhadap Tuhan karena sanggup memuaskan hati ini dengan caraNya, melalui ciptaanNya yang luar biasa.
Tapi kami masih mau makan. 1 nasi rames rp 20000 setelah nawar. kami hanya beli 2 untuk di bagi ber-5, tidak usah berlebihan, kurang sedikit malah terasa enak daripada kekenyangan. serius ini bukan karna mau pelit, emang supaya lebih hemat.

Eis melihat ada topi cantik dipajang, dia bertanya kalau kita boleh beli satu untuk dia, tapi penolakanku membuat dia merengek, "Eis, lupakan topi ini dan ingat kesenangan kita di pantai, bukankah kita sudah gembira? Nikmati saja itu dulu yah, kita tidak ada rencana untuk membeli apa apa di sini selain makan, jadi itu yang harus kita syukuri." Dia diam, aku tau dia mengerti, melihat wajahnya yang berusaha patuh pun menambah penghiburan dan syukur di hati ini. Orang orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku sungguh istimewa. Aku melirik ke arah para nelayan yang tengah mengeluarkan ikan hasil tangkapannya segar dan baru.


Aku sendiri tengah mengejar hatiku untuk menolak godaan, aku sudah cukup.
Dan kami kembali pulang.
Dari kejauhan kulihat pengunjung pantai mulai berdatangan.
Btw, kami menghabiskan Rp 160.000,- untuk kesenangan ini.
Perinciannya begini Bensin u mobil Atoz pulang pergi, dari Kalasan Yogyakarta ke Pantai Drini https://goo.gl/maps/jhrW7hsrMN42 masi sisa Rp. 100.000
Makan nasi rames 2 porsi u 5 org Rp. 40.000
Minum 2 gelas (teh dan es jeruk) Rp. 10.000
Kamar mandi untuk bilas 3 anak, nawar Rp.10.000
Parkir belum ada karena masih pagi.
Kami sebenarnya bawa air minum dan susu serta roti sendiri. Beli es Teh dan es Jeruk diatas adalah spontanitas yang tidak perlu.
Kami tidak melakukan ini terlalu sering, dengan begitu kami bisa mengingat saat saat membahagiakan ini lebih lama. 😉😊
Apa ini konyol menurut anda? Atau lucu? Silahkan komen dibawah ya, aku ingin juga dengar pengalaman kalian. Trimakasih

saya terharu membaca tulisan kaka..
BalasHapusmakasih kaka sudah menginggatkan lewat tulisan kaka...
Tuhan berkati kaka selalu..
Dengan senang hati sister. Trimakasih
BalasHapusFlorence, tulisanmu enak dibaca, mengalir secara wajar. Kontennya sangat kontekstual. Umumnya tulisan berisi kemewahan, tapi kali ini saya baca tulisan berisi kesederhanaan yang bemutu. Thanks my sister.
BalasHapusSalam, heraldsiagian
BalasHapusTulisan yang enak dibaca.
BalasHapusPengalaman sederhana memperkenalkan dan menyintai alam semesta kepada anak sejak diri.
Teruslah menulis, saudariku
Live simply so that others can simply live. Tulisanmu menarik sekali dan pesannya perlu kita renungkan selalu
BalasHapusTrimakasih kakak!
HapusCeritanya sangat bagus...mengalir begitu saja...menikmati kebersamaan dngn keluarga penuh kesederhanaan...
BalasHapustrimakasih kakak!
HapusKisah yg menginspirasi dan menyegarkan, ditulis dgn bahasa yg mudah dicerna, dan menarik sekali nilai2 ttg kebersamaan, kebahagiaan, dan nilai2 berharga lainnya...
BalasHapusSurya (FIRE)
Trimakasih sudah mampir pak Surya :)
Hapus